Heinz Guderian, Bapa Strategi Blitzkrieg Jerman (Part 2)

Dengan mengoperasikan pasukan elit Storm Troopers, Jerman menyerang pertahanan faksi sekutu dan berhasil menembus pertahanan musuhnya dengan pasukan Storm Troopers. Sekalipun awalnya serangan ini terlihat begitu menakjubkan, seiring berjalannya waktu berbagai masalah mulai muncul seperti meningkatnya jumlah korban maupun tidak adanya posisi-posisi strategi yang berhasil direbut oleh Jerman.

Karena begitu seringnya Jerman menyerang, tidak jarang unit-unit Storm Troopers yang sama digunakan kembali tanpa waktu istirahat yang memadai. Hal ini juga berdampak pada penurunnya efektifitas dan secara tidak langsung meningkatkan jumlah korban dari pasukan khusus ini. Selain itu, akibat keterbatasan sumber daya, militer Jerman hanya berhasil memproduksi sekitar 20 unit tank A7V. Berbagai faktor tersebut jika digabungkan menjadi satu berkontribusi menyebabkan kegagalan serang Jerman.

Memasuki pertengahan tahun 1918 jumlah pasukan Amerika yang bertempur di fron barat semakin meningkat. Kedatangan mereka membuat keseimbangan kekuatan kembali bergeser ke fraksi sekutu. Tidak mengherankan jika negara-negara fraksi poros semakin terdesak dan akhirnya meminta gencatan senjata. Perang dunia pertama resmi berakhir dengan kekalahan fraksi sentral, namun aku dan perwira-perwira Jerman lainnya tidak akan tinggal diam terlebih setelah ditandatanganinya perjanjian Versailles yang sangat merugikan dan menginjak-injak harga diri kami.

Karir Heinz Guderian Pasca Perang Dunia Pertama

Setelah perang dunia pertama berakhir, aku terpilih diantara 400 perwira tentara lainnya untuk melanjutkan baktiku pada tentara Republik Weimar yang jumlahnya sudah dibatasi. Aku diangkat menjadi staff dari komando pusat pelayanan penjaga fron timur. Juni 1919 aku bergabung dengan Brigade Besi atau Iron Brigade dan menjaga agar pengaruh komunis tidak masuk ke bangsa Jerman. Karena aku sendiri memang tidak menyukai paham komunisme maupun Uni Soviet.

Disisi lain aku juga membantu tentara putih Rusia atau tentara kerajaan Rusia dalam melawan tentara merah atau tentara komunis. Aku akhirnya masuk lagi ke batalion Jager setelahnya dan diangkat menjadi komandan. Kemudian aku juga bergabung kembali ke Truppenamt atau perwira tentara. Setelah bergabung aku dipromosikan menjadi mayor dan mengomandani satuan transportasi dan taktik motorisasi Jerman.

Disini aku berusaha mempelajari hasil kerja dari ahli taktis Inggris dan Prancis seperti J.F.C Fuller dan Giffard Martel. Pada tahun 1931 aku dipromosikan kembali menjadi Oberstleutnant atau lentan kolonel dan menjadi staff komandan di bagian tentara motorisasi yang pada saat itu dipimpin Oswald Lutz.

Pada oktober 1935, aku berhasil menjadi komandan divisi Panzer ke 2 yang baru dibentuk oleh Nazi Jerman. Aku menjadi mayor jenderal pada 1 agustus 1936 dan menjadi letnan jenderal pada 4 februari 1938 serta menjadi komandan Korps XVI. Ketika Jerman menjalankan invasi ke polandia, aku memimpin korps XIX yang terlibat pada peperangan Wizna dan pertempuran Kobryn. Aku dan pasukanku sukses memenangkan pertempuran itu.

Setelahnya aku dan pasukanku kembali terlibat dalam invasi Nazi Jerman ke Prancis. Penyerbuan ke Ardennes dan Meuse dalam waktu 3 hari kami jalankan yang membawa hasil positif dimana kehancuran besar dialami oleh pertahanan Prancis. Kecepatan taktik dan ketangkasan dalam memimpinlah yang membuat aku disebut sebagai Der Schenelle Heinz atau Heinz si cepat.

Taktik berlomba ke laun yang memojokkan Prancis ke laut sukses besar dan membelah pasukan Prancis menjadi dua yaitu di Prancis Utara dan Belgia. Aku dan pasukanku terus melanjutkan pengejaran hingga puncak keberhasil dicapai di Dunkirk. Pada tahun 1941, Aku memimpin grup panzer dalam operasi Barbarossa. Operasi ini adalah penyerangan ke wilayah Uni Soviet sekaligus membuka fron timur. Unitku dirombak ulang menjadi tentara Panzer ke 2 dan aku berhasil mendapatkan medali daun Oak setelah sebelumnya menerima Salib Ksatria pasca perang Smolensk.

Pada saat itu aku diinstruksikan untuk melancarkan serang  terakhir ke Moscow yang membuat aku dan pasukanku harus kembali menuju selatan. Aku sempat melakukan pemprotesan sebab sudah berhasil mengepung Kiev. Namun aku tetap mematuhi instruksi tersebut dan langsung menuju ke Moskow pada pertengahan september. Dengan datangnya musim dingin di Rusia yang sangat ganas, penyerang kami menjadi sangat terganggu. Serangan balik dari Uni Soviet akhirnya membuat penyerangan menjadi gagal.

Namun aku tidak diperkenankan untuk mundur dan bahkan aku sempat bersitegang dengan Hitler. Aku mengirimkan surat pribadi ke Hitler untuk memperbolehkan ku mundur, tetapi hal tersebut tidak digubris. Aku akhirnya memutuskan mundur secara terlarang yang membuatku juga bersitegang dengan marsekal lapangan Gunthe Von Klunge.

Karena kejadian tersebut, jabatanku akhirnya dicopot dan dikirim ke markas cadeangan. Jendral Erwin Rommel yang kesehatannya terganggu kemudian memintaku menggantikannya di Afrika karena menganggapku sebagai orang yang tepat. Namun permintaan itu ditoleh oleh Ober Kommando Der Whrmacht atau pusat komando Wehrmacht.

Setelah kekalahan Jerman di Stalingrad, Hitler berpikir bahwa aku bisa mengubah arah perang dan memintaku kembali bertugas. Aku kemudian meminta persyaratan agar diriku diberikan otoritas yang besar bagi pasukanku, Hitler akhirnya menyetujianya. Dengan begitu aku kembali bertugas sebagai Jendral yang bertanggung jawab atau angkatan lapis baja.

Aku ditugaskan untuk membangun kembali angkatan lapis baja Jerman yang sudah semakin melemah. Selain itu aku juga ditugaskan untuk langsung melaporkan kejadian seputar proses pembangunan angkatan lapis baja ke Hitler. Namun aku sendiri banyak bersitegang dengan para perwira lainnya sehingga sulit untuk berkoordinasi. Kegagalan juga terjadi dalam operasi Citadel yang merupakan penyerangan terakhir Jerman di Uni Soviet yang diakibatkan oleh sudah diketahuinya operasi ini oleh Soviet.

Pada akhirnya aku menjadi staff perwira tertinggi tentara jerman pada 21 Juli 1944 setelah insiden percobaan pembunuhan Adolf Hitler yang gagal. Setelah banyak kesalahan dan kekacauan pada akhir peran dunia ke 2. Aku akhirnya menyerah ke Amerika pada 10 mei 1945 dan menjadi tahanan perang. 17 juni 1948 aku dibebaskan dan kemudian menjadi penasihat dalam pembangunan militer Jerman Barat hingga meninggal pada usia 65 tahun.