Heinz Guderian, Bapa Strategi Blitzkrieg Jerman (Part 1)

Tahun 1948 adalah tahun dimana aku terbebas dari status seorang tahanan perang. Selama 6 tahun perang yang dimulai dengan invasi Jerman ke Polandia telah berpengaruh sedemikian besar bagi sejarah umat manusia. Ada begitu banyak korban baik dari pihak musuh maupun dari pihak kami sendiri. Salah satunya adalah Erwin Rommel, temanku yang telah melakukan begitu banyak hal demi negerinya namun harus kehilangan nyawanya 4 tahun lalu akibat konspirasi yang dilatar belakangi Der Fuhrer sendiri.

Sekalipun demikian, namanya akan tetap dikenal sebagai rubah gurun yang pernah menerjang padang pasir di Afrika. Selain Rommel, Jerman juga memiliki tokoh lain seperti Karl Donitz, Von Manstein yang kelak juga akan melegenda. Namun bagaimanakan dengan diriku?, aku adalah arsitek dari taktik Blitzkrieg, Blitz artinya petir dan Krieg artinya perang. Namaku adalah Heinz Guderian dan aku juga berada di perang dunia ke 2.

Perjalanan Hidup dan Karir Heinz Guderian Jendral Baja dari Jerman

Semua kisah ini dimulai di sebuah kota yang bernama Kulm yang berjarak 500 Km dari ibukota kekaisaran yaitu Berlin. Saat itu Polandia tidak ada dalam peta karena wilayahnya terbagi kepada 3 negara yakni Austria Hungaria, Rusia dan Prusia. Tanggal 17 Juni 1888, aku lahir sebagai seorang anak dari pasukan Jegger yang bernama Fredrich Guderian yang kelak akan menjadi seorang kolonel di militer kekaisaran Jerman.

Saat aku masih muda, aku memperoleh kesempatan untuk belajar di sebuah sekolah militer unggulan yang merupakan sekolah utama untuk kadet di kerajaan Prusia. Di sekolah itu aku sangat tertarik mempelajari mengenai berbagai hal yang akan membuat Jerman memiliki banyak keunggulan dalam pertempurannya di masa depan. Hal ini tidak mengherankan karena pada tahun 1912 kondisi politik global sedang panas-panasnya. Terlebih masalah yang terjadi di wilayah Balkan, sebuah wilayah yang diperebutkan oleh kesultanan Ottoman, kekaisaran Austria Hungaria dan kekaisaran Rusia.

Masalah pun memuncak ketika Bosnia akhirnya dianeksasi oleh kekaisaran Austria Hungaria 4 tahun yang lalu. Hal ini tentu saja membuat Rusia dan sekutu-sekutunya menjadi marah dan hal yang sama juga kami hadapi. Musuh bebuyutan kami, Prancis yang tidak pernah bisa move on dari kehilangan Elsace Lorraine, yang kami sebut dengan istilah Elsa Lothringen. 41 tahun yang lalu, Otto Von Bismarck telah mengalahkannya, menyatukan kekaisaran Jerman diatas kehancuran Prancis.

Dan selama itu juga Prancis tidak akan pernah bisa melupakannya. Mereka bahkan mengajarkan anak-anaknya mengenai paham revanchism atau balas dedam yang didasarkan atas kekalahan mereka dalam Franco Prussian War. Itulah mengapa sebagai seorang pemuda aku sangat percaya pada perkembangan teknologi. Terlebih setelah aku melihat bagaimana kesultanan Ottoman yang semakin sekarat karena ketidak mampuannya dalam mengejar teknologi dari negara-negara maju lainnya.

Salah satu perkembangan teknologi yang paling menarik bagiku adalah radio. Sebuah alat yang mampu mengirim informasi secara nirkabel, dalam militer informasi dan komunikasi adalah dua hal yang sangat penting. Pihak mana yang mampu berkomunikasi dengan lebih cepat tentu memiliki keuntungan untuk mengambil keputusan lebih awal dibandingkan lawan-lawannya.

Tidak mengherankan berbagai negara membangun berbagai infrastruktur sebagai cara untuk menghubungkan sekaligus mempersatukan wilayahnya. Penguasa-penguasa membangun dan mengoperasikan sistem kurir berkuda, menara pengawas, merpati pos dan lainnya. Semata-mata karena sadar betapa berharganya informasi yang terupdate, radio merupakan sebuah terobosan besar bagiku yang berhasil menyederhanakan komunikasi, memangkas waktu dan meningkatkan jangkauan.

Selain mengikuti perkembangan teknologi, aku juga mempelajari berbagai bahasa asing baik bahasa Inggris dan Prancis. Mengapa Inggris?, karena imperium Britania masih merupakan penguasa dunia dengan penguasaan teknologi yang sangat mengesankan. Mengapa Prancis?, karena mereka merupakan salah satu pemain utama di benua Eropa yang juga menjadi rival utama bagi bangsa Jerman.

Penguasaan bahasa asing merupakan jendela untuk mengakses beragam informasi penting secara langsung dari bahasa aslinya. Akupun memanfaatkannya untuk mempelajari beragam dokumen militer baik yang merupakan taktik perang maupun perkembangan terbaru dari bidang militer. Tahun 1914, perang dunia akhirnya dimulai, berbagai negara berusaha menggunakan berbagai cara  agar dapat menghancurkan lawan-lawannya.

Dari waktu ke waktu aku semakin melihat bagaimana teknologi dapat dikembangkan oleh kedua belah pihak demi memperoleh keunggulan didalam perang. Memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, ahli kimia Jerman yang bernama Fritz Haber mengembangkan senjata kimia dalam bentuk gas beracun. Uboat buatan kami juga terus dikembangkan.

Dimataku, perang ini merupakan perang modern, sebuah perang yang memperkenalkan dan mengembangkan berbagai inovasi-inovasi baru. Saat awal pernag berlangsung, aku hanya merupakan anggota batalion signal dari divisi kavileri ke 5. Pada saat itu komunikasi nirkabel masih belum efektif digunakan, hal justru semakin meyakinkanku betapa pentingnya komunikasi nirkabel.

Kedua belah pihak baik blok sentral maupun blok sekutu, keduanya berusaha menyelesaikan masalah ini dengan caranya masing-masing. Di tahun ke 2 dari perang ini terdapat beberapa peristiwa yang sangat menggemparkan. Jerman dan Prancis kembali bertemu di Verdun, sedangkan Italia si penghianat juga sedang di tekan oleh sekutu kami yaitu Austria Hungaria.

Namun di timur, ada sebuah negara yang awalnya dianggap remeh akan segera menunjukkan kekuatan yang sebenarnya. Negara ini pernah mengalami kekalahan yang sanagt memalukan di Tannenberg, sebuah negara yang bahkan tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Bagaimanakah mereka berperang?, Rusia bukan merupakan ancaman sebesar Prancis dan Inggris.

4 Juni 1916, sejarah membuktikan bahwa kami salah, tentara Rusia berhasil menyerang dan mengamankan kurang lebih 26.000 pasukan Austria Hungaria dengan menggunakan taktik yang dirancang oleh jendral Eleksei Brusilov. Hal ini mengingatkanku bagaimana Rusia telah belajar begitu banyak dari kekalahan mereka baik di Crimean War maupun di Tannenberg.

Jika di fron barat, serangan di tujukan ke parit pertahanan lawan, tidak demikian dengan taktik Brusilov yang hanya mengarahkan pasukannya ke poin-poin penting pertahanan lawan. Misalnya seperti parit pertahanan yang kurang dijaga atau jauh dari jangkauan senapan mesin. Apabila parit berhasil diamankan barulah pasukan lainnya menyerang parit-parit lainnya.

Taktik tersebut begitu mengesankanku dan para perwira Jerman lainnya. Kami semua ingin mempelajari taktik Brusilov, tidak mengherankan jika taktik itu akan diintegrasikan dengan konsep pasukan elit yang sednag dikembangkan para perwira Jerman. Hasil dari pengembangan itu akan muncul dengan nama Storm Troopers, sekalipun demikian nampaknya musuh kami juga sedang mempersiapkan kejutan. Pada tahun 1917 tepatnya di battle of cambrai dimana monster-monster baja dalam jumlah besar akan menyerang militer Jerman.