Otto Von Bismarck, Sang Pemersatu Jerman (Part 1)

Siapa yang tidak mengenal Jerman, negara yang sangat terkenal akan kemajuannya di berbagai bidang. Jerman yang kita kenal sekarang ini awalanya tidak lebih dari perkumpulan suku-suku bar-bar yang terus bertempur melawan invasi bangsa Romawi. Setelah kejatuhan Romawi barat suku-suku ini mulai membentuk negara-negara kecil yang kemudian dipersatukan untuk sementara waktu dibawah kepemimpinan Chalemagne yang adalah kaisar pertama dari kekaisaran Romawi Suci.

Kekaisaran ini diwariskan kepada Louis yang merupakan anak satu-satunya dari Char. Berbeda dengan ayahnya yang hanya memiliki satu orang anak, Louis sendiri memiliki 3 orang anak, kepada siapakah kekaisaran akan diwariskan?. Kaisar Louis memutuskan untuk membagi kekaisarannya menjadi 3 wilayah sesuai dengan jumlah anaknya.

Charles yang merupakan anak pertama mendapatkan wilayah Fransia barat, yang kedua Lothair mendapatkan Fransia tengah dan Louis II mendapatkan Fransia timur. Keputusan suksesi ini mungkin merupakan salah satu keputusan paling berpengaruh di sepanjang sejarah Eropa. Berbagai pertempuran yang terjadi di Eropa hampir semuanya dipengaruhi oleh keputusan ini.

Fransia barat perlahan berubah menjadi Prancis modern, Fransia timur perlahan menjadi Jerman modern. Sedangkan untuk Fransia tengah nasibnya adalah yang paling tidak beruntung, negara ini perlahan ambil alih oleh kedua tetangganya dan wilayah sisanya perlahan berubah menjadi Italia modern.

Fransia timur mewarisi status kekaisaran Fransia sebagai kekaisaran Romawi Suci. Kerajaan ini kelak akan melahirkan 2 kerajaan yang saling bersaing untuk memimpin negara-negara bagian di Jerman lainnya. Kedua kerjaan itu adalah kerajaan Prusia dan Austria, berbeda dengan rivalnya Austria yang lebih sering mengandalkan kemampuan diplomasi dan memanfaatkan keseimbangan kekuatan di Eropa. Kerajaan Prusia dikenal memiliki kemampuan yang sangat kuat.

Kekuatan Prusia tidak terlepas dari kepemimpinan para penguasa Prusia termasuk Raja Frederick I. Dibawah kepemimpinannya kerajaan Prusia menjalankan berbagai revormasi internal termasuk memperkenalkan kebijakan canton system yang kelak membuat Prusia memiliki rasio militer tertinggi di Eropa. Berbagai revormasi yang diterapkan oleh Prusia langsung diuji dalam perang 7 tahun dimana ia harus bertempur melawan pasukan koalisi dari berbagai negara disekitarnya.

Revormasi militer yang diterapkannya ternyata membuahkan hasil yang diinginkan. Berkat pasukan militer yang lebih terlatih dan taktik militer inovatif, Prusia bertahan melawan serangan demi serangan dari pasukan koalisi. Namun Prusia juga harus membayar mahal atas kemenangan tersebut dengan tingginya korban diantara pasukan-pasukan terbaiknya yang secara jumlah memang jauh lebih sedikit dibandingkan lawan-lawannya.

Sekalipun berhasil memenangkan perang 7 tahun, impian Prusia untuk memimpin Jerman sempat guncang oleh terjadinya revolusi Prancis yang memunculkan kepemimpinan Napoleon. Kebangkitan Napoleonic Prancis membuat Prusia dan Austria mengalami kemunduran yang signifikan. Kekaisaran Romawi Suci terpaksa dibubarkan akibat kegagalannya dalam perang Austerlitz. Sedangkan Prusia yang sangat disegani juga kehilangan berbagai wilayahnya akibat kekalahannya dalam perang Jena.

Kekalahan itu membuat negara-negara Jerman yang awalnya berada dibawah pengaruh Prusia mulai berpindah dibawah pengaruh Prancis. Negara-negara tersebut membentuk konfederasi Rhine dan memutuskan bersekutu dengan Napolean. Namun Napoleon mengambil beberapa kali keputusan yang salah seperti pada perang Spanyol, maupun invasi kekaisaran Rusia yang digagalkan musim dingin dan taktik bumi hangus. Napoleon mendapatkan pukulan paling mematikan dalam perang Waterloo dimana Prancis kalah saat melawan pasukan gabungan dari Inggris dan Prusia.

Tahun Tahun 1815, Konfederasi Jerman dibentuk sebagai pengganti konfederasi Rhine. Baik Prusia maupun Austria bergabung dalam federasi tersebut, keduanya menjadi kekuatan dominan yang saling bersaing memimpin Jerman. Pada tahun tersebut seorang bayi bernama Otto Edward Leopord Von Bismarck atau disingkat menjadi Otto Von Bismarck.

Ia lahir pada tanggal 1 April 1815 sebagai anak ke 4 dari keluarga bangsawan pemilik tanah yang tinggal di barat daya Berlin. Karena keluarganya berasal dari keluarga bangsawan atau mampu, tidak mengherankan jika Bismarck memperoleh pendidikan yang bergengsi. Tahun 1832 Bismarck mudah memutuskan melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi menjadi seorang mahasiswa hukum di Universitas Gottingen.

Di Universitas Gottingen ia bersahabat dengan seorang murid dari Amerika Serikat yang bernama John Lothrop Motley, John menggambarkan Bismarck muda sebagai orang yang ceroboh namun memiliki bakat dan kharisma. Setelah belajar di perguruan tinggi, ia pernah berkarir sebagai pengacara dan pernah terdaftar sebagai tentara Prusia sebelum kembali ke kampung halamannya untuk mengurus tanah milik keluarganya.

Perjalanan Karir Otto Von Bismarck Sebagai Seorang Politikus Jerman

Tahun 1847 Bismarck menikah dan memiliki 3 orang anak. Karir politiknya dimulai pada tahun itu pula dimana Bismarck terpilih sebagai anggota legislatif kerajaan Prusia dan bergabung dalam fraksi konservatif. Setahun kemudian terjadi revolusi besar di berbagai negara di Eropa yang terjadi karena berkembangnya ideologi Leberalisme dan Nasionalisme.

Berbagai negara yang termasuk kedalam Federasi Jerman tak luput dari gelombang revolusi itu. Masyarakat turun kejalan dan melakukan demostrasi untuk menuntut penyatuan berbagai negara di Jerman menjadi 1 negara. Meskipun di Jerman akhirnya mengalami kegagalan, namun ide tersebut tetap populer dikalangan rakyat Jerman. Sekalipun demikian, revolusi tersebut turut membuat perdana mentri Austria, Klemens Von Metternich kehilangan posisinya.

Jika Metternich jatuh, tidak demikian dengan Bismarck yang karir politiknya semakin menguat dibawah Raja Frederick Wilhelm IV. 4 tahun setelah Bismarck masuk ke politik, Raja Frederick menunjuknya sebagai diplomat untuk mewakili kerajaan Prusia dalam rapat konfederasi Jerman. Selain itu ia juga pernah ditugaskan sebagai duta besar Prusai baik untuk Rusia maupun Prancis. Tahun 1862, Dibawah kepemimpinan dari raja Wilhelm I, Bismarck diangkat sebagai perdana mentri dan merangkap sebagai mentri luar negeri dari Prusia.